Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer
Articles
VIEWS: 603

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PADA PRIA DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)-HIV/AIDS DI JAKARTA, SURABAYA DAN MENADO TAHUN 2000

perilaku pencarian pengobatan pria STD-HIV/AIDS

Abstract

Abstrak

Masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)-HIV/AIDS di Indonesia saat ini merupakan hal yang patut diwaspadai dan diantisipasi lebih dini, mengingat prevalensinya yang meningkat. Salah satu faktor yang berperan dalam penanggulangan PMS-HIV/AIDS adalah perilaku pencarian pengobatan yang masih rendah khususnya pada kelompok pria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan pada pria dengan PMS-HIV/AIDS di Jakarta, Surabaya, dan Menado. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi potong lintang (cross sectional), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda yang menggunakan data Behavioral Surveillance Survey PMS-HIV/AIDS tahun 2000. Jumlah sampel yang terlibat 624 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan 75,3% proporsi perilaku pencarian pengobatan kurang baik. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, status perkawinan, sumber informasi dengan perilaku pencarian pengobatan. Variabel pengetahuan dan pendidikan berhubungan secara bermakna dengan perilaku pencarian pengobatan dan tidak ada interaksi antara pendidikan dan pengetahuan. Responden yang berpengetahuan kurang berpeluang 1,8 kali (95% CI: 1,1724-2,6442) melakukan pencarian pengobatan kurang baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik setelah dikontrol variabel pendidikan. Responden yang berpendidikan rendah berpeluang 1,7 kali (95% CI: 1,0236- 2,5805) melakukan pencarian pengobatan kurang baik dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan. Rekomendasi telah disampaikan pada pemerintah untuk menjadikan program tetap dan pengalokasian dana tidak hanya untuk pengobatan juga untuk pelayanan kesehatan dan konseling dan penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih dalam alasan responden yang tidak melakukan pencarian pengobatan perlu pula untuk dilakukan.

 

Abstract

Currenly, a sexual transmitted disease (STD)-HIV/AIDS in Indonesia, is an issue that every individual should concern and anticipate, this is because its prevalency increases. The strategic position of Indonesia is considered susceptible to the pandemy of HIV/ AIDS. One of the factors which play an important role in controlling the STD-HIV/AIDS is a low rate health seeking behavior among male subjects. The purpose of the study was to identify factors influencing to health seeking behaviour of male subjects with STD–HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya, and Manado. The design of the study was descriptive explorative using cross sectional approach. A multiple logistic regression was used to analyse the secondary data from behavioral surveillance survey of STD–HIV/ AIDS in 2000. The number of sampel was 624 respondents. The findings showed that the proportion of male health seeking behaviour is low (75, 3% N= 624). There are no relationships between age, marital status, and information sources with the health seeking behaviour. The variables of education and knowledge have relationship with health seeking behaviour and there is no interaction between education and knowledge. Respondents with limited knowledge have the possibilities 1.8 times to have poor health seeking behaviour (95% CI: 1, 1725 – 2, 6442) compared to those who have sufficient knowledge after being controlled by the education variable. Respondents who have lower education have the possibilities of 1,7 times to have poor health seeking behaviour ( 95% CI: 1,00236 – 2,5805) compared to those who have higher education after being controlled by knowledge variable. Some recommendations were contributed to government to create the prevention program of STD–HIV/AIDS as an annual program and to allocate fund which is not only for medication but also for the health and counseling services. Further study needs to be done to explore more detailed explanations why respondents do not seek for health care.

References

  1. Akinawo, E.O & Oguntimehin, F. (1997, April 3 ). Health-seeking behaviour of STD patients in an urban area of southwest nigeria: An Exploratory Study, in Health Transition Review. Supplement to Volume 7, 307-313. Available: Http://inceph.anu.edu.au/htc/dapdfs/Akkinawo3.pdf
  2. Anonimous. (2002, April 20). Health seeking behaviour and STDs. Available: Http://www.stdservices.on:net/std/social_aspects/health_seek.htm.
  3. Ariawan, I. (1998).Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jurusan Biostatistik. Jakarta: FKM UI
  4. Agoes, A., & Jacob,T (ed). Pengobatan Tradisional (I). Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
  5. Becker, M.H., & Maiman, L.A.(1983). Models of health related behavior, dalam: Mechanic,D (Eds.), Handbook of health care and the health professions. New York: The Free Press
  6. Departemen Kesehatan RI. (1997). Himpunan peraturan perundang-undangan tentang penanggulangan HIV/AIDS. Jakarta: Pusat PKM Depkes RI
  7. Departemen Kesehatan RI. (2002). Data laporan pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS sampai dengan 30 Juni 2002. Jakarta: Ditjen PPM & PL Depkes RI
  8. Fahmi, S. (2001). Penyakit menular seksual. Jakarta: Balai penerbit FKUI
  9. Israelski, D.et.al.(2001, March 10). Sociodemographic characteristics associated with medical appointment adherence among HIV-seropositive patients seeking treatment in a country outpatient facility, Nov:33 (5)470-5. Available: Http://www.ncbi.../query.fcgi?cmd=Retrieve&db+Pubmed&list uids=116765892dopt=Abstrac
  10. Kresno, S. (2001). Penilaian cepat perilaku mencari pengobatan pada penderita penyakit menular seksual (PMS) di Jakarta. Jakarta: DepKes RI-FKM UI.
  11. Muninjaya, A. A.G. (1998). AIDS di Indonesia, masalah dan kebijakan penanggulangannya, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  12. Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset
  13. Priotomo, Y, et al. (1992). Pengetahuan, sikap, prap, praktek wanita pemijat dan pengelola panti pijat terhadap AIDS di wilayah DKI Jakarta Selatan. Depok: Puslitkes LPUI
  14. Pudjono, R. B, et al. (1996). Studi mengenai media penyampaian informasi yang tepat/sesuai kepada kelompok remaja dalam upaya pencegahan AIDS di Depok, Jawa Barat. Depok: Puslitkes LPUI
  15. Riono, P. (1999). Masalah epidemi infeksi menular seksual & HIV/AIDS. Makalah dipresentasikan pada Pelatihan Deteksi & Monitoring PMS, HIV/AIDS di Indonesia.
  16. Rizon, I. (1993). Pengetahuan, sikap & perilaku seksual pengemudi bus antar kota jarak jauh terhadap resiko tertular HIV/AIDS. Skripsi FKM UI, Depok.Tidak diterbitkan
  17. Rosentock, et al. (1994). The Health belief model and HIV risk behavior change dalam Preventing AIDS: theory and method of behavior intervention. New York: Planum Press
  18. Soesilo, S. (1992). Peranan jamu dan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dalam Agoes, A.& Jacob,T (Ed). Pengobatan Tradisional (I). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  19. Supriyanti, I. (1999). Perilaku seksual dan pengetahuan pelaut mengenai HIV/AIDS di Bali, Kupang dan Ujung Pandang tahun 1998 (Analisis Data Sekunder AusAid 1998). Skripsi FKM UI, Depok. Tidak diterbitkan
  20. Suryadi, C. (2001). Prevalensi PMS pada pekerja seks komersial di Jakarta, Surabaya dan Manado serta peran pria sebagai provider dan pasien. Makalah dipresentasikan pada Seminar Sehari Peningkatan Peran dan Tanggung Jawab Laki-laki Dalam Upaya Menghambat Epidemi HIV/AIDS Di Indonesia Depkes- DepSos. Jakarta.
  21. Utomo B. et.al. (1966-2000). Findings of BSS on female commercial sex workers and adult male respondents. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia.
  22. Waldrun, I. (1986). Why do women live longer than men?, dalam Conrad, P & Kern, R (Eds), The Sociology of health and illness. New York: St Martin, s Press.
  23. Wolansky, F.D. (1980). The sociology of health principles, profession and issues. USA: Little.
  24. Brown Company.Wuryaningsih, C. E. (1997). Perilaku pencarian pengobatan pada wanita dengan penyakit hubungan seksual dari hasil pap smear di klinik pisangan baru tahun 1994. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. FKM-UI Depok.Tidak diterbitkan

How to Cite

Afifah, E. (2004). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PADA PRIA DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)-HIV/AIDS DI JAKARTA, SURABAYA DAN MENADO TAHUN 2000. Jurnal Keperawatan Indonesia, 8(2), 41–49. https://doi.org/10.7454/jki.v8i2.146